Kamis, 13 Oktober 2011

ilmu dan pengetahuan

Paper 2
Ilmu dan pengetahuan
Nama : Muhammad Rizki
Npm : 28111558
Kelas : 1KB01
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
2011

Apa yang Kita Harapkan Dengan Ilmu Pengetahuan[1]
Ketika kehidupan nyata hanya mungkin terjadi melalui pengetahuan, maka mereka yang mengabaikan belajar dan mengajar dianggap telah “mati”, meskipun mereka masih hidup, karena kita diciptakan untuk belajar dan untuk mengkomunikasikan apa yang kita ketahui kepada orang lain.
Keputusan yang tepat tergantung pada pikiran dan pemikiran yang sehat. Karenanya, ilmu dan pengetahuannya dapat menerangi dan mengembangkan pikiran seseorang,namun mereka yang kekurangan dan kehilangan ilmu pengetahuan tidak dapat mencapai keputusan yang tepat dan akan selalu terkena tipuan dan kesesatan.
Manusia yang seutuhnya adalah mereka yang senantiasa terus belajar, mengajar, dan mengilhami orang lain. Sulit dianggap sebagai manusia yang seutuhnya mereka yang bodoh dan tidak memiliki keinginan untuk belajar. Dan patut dipertanyakan juga mereka yang belajar, namun tidak membawa pada pembaharuan dan pengembangan diri. Karenanya, perlu menjadi sebuah tauladan bagi orang lain, dan itu adalah manusia yang seutuhnya.
Ilmu dan pengetahuan sepatutunya dapat menyingkap pengetahuan sifat-sifat kelelakian dan kewanitaaan juga misteri penciptaan manusia. Setiap pengetahuan, meskipun ilmiah, namun tidak dikatakan sebagai pengetahuan sejati jika tidak dapat menjelaskan dan menyingkap misteri alam manusia dan keberadaan wilayah kegelapan.

Kehormatan yang diperoleh melalui pengetahuan dan ilmu akan lebih tinggi dan lebih kekal dari kehormatan yang diperoleh melalui cara lain. Hal ini berlaku untuk dua alasan: pengetahuan akan memberikan pesona bagi pemiliknya, ketika mereka mencapai dunia lain, dan meresa senang dengan apa yang didapatkan sementara di dunia ini. Selain itu, ia akan menjaga pemiliknya dari moralitas yang buruk di dunia ini dan menyebabkan mereka dapat mencapai banyak kebajikan.
Orang tua harus sesegera mungkin untuk memberikan pikiran anak-anak mereka dengan berbagai pengetahuan dan ilmu sebelum mereka terlibat dalam dunia praktis, karena jiwa yang kosong dari kebenaran dan pengetahuan merupakan tempat di mana segala macam pikiran jahat akan tumbuh dan berkembang.
Tujuan belajar adalah agar pengetahuan menjadi suatu panduan bagi hidup Anda, untuk menerangi jalan menuju kesempurnaan manusia. Setiap pengetahuan yang tidak memenuhi fungsi ini akan menjadi beban bagi peserta didik, dan setiap ilmu yang tidak langsung menuju tujuan yang luhur hanya akan menjadi tipuan belaka.
Fetullah Gulen mengatakan, “Science is to perceive the reality of science, Science consists in knowledge of the self; If, then, you do not know your self, I wonder what kind of education you have had.” Bahasa yang bijak merupakan suatu anugrah yang tidak terbatas bagi pelajar. Mereka yang memiliki sumber seperti ini akan selalu dicari oleh orang-orang, seperti sumber air tawar, dan akan menuntun orang kepada kebaikan. Pengetahuan yang hanya terdiri dari teori-teori kosong dan tidak mengandung kebaikan, yang hanya akan membangkitkan kecurigaan dalam hati dan pikiran yang menggelapkan, adalah seperti suatu “tumpukan sampah” disekitar jiwa yang menyebabkan keputusasaan dan kebingungan.
Meskipun ilmu pengetahuan dan seluruh cabang ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi hampir semua orang, seseorang tidak mungkin mendapatkan semuanya karena faktor usia manusia dan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, pelajari dan gunakanlah ilmu yang dapat menguntungkan diri sendiri dan manusia pada umumnya. Jangan sia-siakan hidup Anda.
Ilmuwan sejati didasarkan pada studi dan penelitian tentang laporan yang benar, eksposisi benar, dan percobaan ilmiah. Akhirnya, mereka memiliki ketenangan pikiran dan dapat memecahkan masalah mereka dengan mudah. Namun, mereka yang tidak mengetahui kebenaran
seperti diterjang terus menerus, karena perubahan arah tujuan dan metode, sehingga selalu diliputi dengan kekecewaan.
Orang-orang terhormat dan dihargai didasarkan pada dalamnya pengetahuan mereka. Pengetahuan tentang orang-orang yang menyebarkan gosip adalah tidak lebih dari hanya sekedar gosip dan omong kosong belaka. Di sisi lain, sungguh benar-benar berharga mereka yang menggunakan pengetahuan mereka dalam rangka untuk memahami segala hal dan peristiwa, sebagai cahaya untuk menerangi “ruang” pada titik kegelapan, dan untuk mencapai kebenaran yang paling transenden.
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang menciptakan”..(QS Al Alaq :1)
Tidak bisa dipungkiri dalam pembangunan sebuah peradaban manusia, ilmu pengetahuan memegang peranan yang sangat penting, maju tidaknya sebuah peradaban manusia , salah satunya ditentukan seberapa “majukah “ pengembangan ilmu pengetahuanya. Islam sebagai agama yang bersifat syamil wa mutakammil dimana ajaran- ajarannya mencakup seluruh segi kehidupan manusia,sesungguhnya sangat memperhatikan ilmu (pengetahuan) sebagai salah satu faktor yang dipandang akan mendorong manusia pada kehidupan yang lebih baik. Banyak sekali nash nash di dalam Al qur‟an maupun hadits nabi yang menganjurkan supaya seorang muslim benar benar memperhatikan persoalan ilmu ( pengetahuan ). Beberapa nash Al qur‟an yang berbicara tentang persoalan ilmu
“Allah mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain dari pada Nya dan malaikat malaikat mengakui dan orang orang berilmu,yang tegak dengan keadilan” (QS Ali Imran 18)
Maka lihatlah bahwasanya,betapa Allah SWT memulai dengan diriNya sendiri,kemudian malaikat dan yang berikutnya adalah orang orang yang berilmu. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat memuliakan orang orang yang berilmu. Pada ayat lain Allah SWT berfirman
“Diangkat oleh Allah orang orang yang beriman daripada kamu dan orang orang yang diberi ilmu dengan beberapa tingkat”(QS Al Mujadalah 11)
“ Katakanlah ! adakah sama antara orang orang yang berilmu dan orang orang yang tidak berilmu?”(QS AzZumar 9)
Cukuplah kiranya ayat ayat Al qur‟an diatas menjadi hujjah bahwasanya islam sebagai agama yang menyeluruh dan komprhensif sangat memuliakan ilmu sebagai salah satu sarana bagi ummat manusia untuk bisa menjadikan kehidupan menjadi lebih baik.Adapun beberapa hadits hadits nabi yang berbicara tentang masalah ilmu adalah sebagai berikut
Nabi saw bersabda:
“isi langit dan buni meminta ampun untuk orang yang berilmu”(HR Abu Darda)
Nabi saw bersabda:
“manusia yang terdekat kepada derajat kenabian ialah orang yang berilmu dan berjihad.Adapun orang yang berilmu, maka memberi petunjuk kepada manusia akan apa yang dibawa Rosul Rasul.Dan orang orang yang berjihad, maka berjuang dengan pedang membela apa yang dibawa para rasul itu”
(HR Abu Naim dari Ibnu Abbas)
Nabi saw bersabda:
“Kelebihan orang berilmu dari orang abid(orang yang banyak ibadahnya)seperti kelebihanku dari orang yang paling rendah dari sahabatku”(HR Tirmidzi)
Dari paparan diatas semakin nyatalah terlihat bahwasnya islam memang benar benar sangat memperhatikan persoalan ilmu ini. Islam pernah mengalami masa keemasan dimana pada saat itu,islam menjadi pusat peradaban dunia,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai sekarang tidak bisa dipungkiri sesungguhnya berkat sumbangsih dari peradaban islam yang pernah mengalami kejayaan.Bertolak belakang dengan keadaan ummat muslim ketika mencapai masa keemasan barat sedang berada pada masa yang disebut sebagai abad kegelapan(dark age). Berbeda dengan kondisi saat ini ummat islam mengalami kemunduran yang cukup drastis dalam hal ilmu pengetahuan. Wacana yang sekarang muncul berkaitan dengan islam adalah islam sama dengan tradisional:kolot:miskin:terbelakang .dan stigma stigma buruk lainnya.Sebagai seorang muslim menjadi kewajiban kita semua untuk bisa menegakan kembali kejayaan dhien yang haq ini di muka bumi,karena sesungguhnya kita mempunyai dua buah modal yang sangat luar biasa,yang seharusnya mampu mengantarkan ummat islam ini meraih kembali kejayaannya.Dua modal besar itu adalah al qur‟an dan al hadits.
Sebagian besar sejarawan modern sepakat bahwasanya Al qur‟an dan Al hadits adalah pendorong utama kemajuan ilmu dan peradaban islam yang pernah dicapai. Sehingga pada dasarnya kunci utama bangkitnya kembali ilmu dan peradaban islam adalah dengan kembali kepada Alquran dan Al hadits.karena sesungguhnya di dalam al quran dan alhadits kaya akan konsep konsep bagaimana seharusnya pengembangan ilmu(sebagai salah satu upaya untuk membangkitkan lagi peradaban islam )dilakukan dan sesungguhnya konsep konsep ini sudah terbukti ampuh.Sejarah membuktikan bahwasanya kejayaan yang pernah diraih ummat islam dicapai melalui penggalian secara mendalam terhadap al quran dan alhadits.
Sejarah munculnya tradisi keilmuan dalam islam
Secara historis tradisi intelektual dalam islam dimulai dari pemahaman terhadap Al qur‟an yang diwahyukan kepada Nabi Muhamad SAW, secara berturut turut dari periode mekkah sampai madinah. Munculnya tradisi keilmuan dalam islam secara umum dapat dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama dimana pada periode ini lahirlah pandangan hidup islam.Periode kedua dimulai ketika timbul kesadaran bahwa wahyu yang turun (sudah menajdi pandangan hidup) pada dasarnya mengandung struktur fundamental dari apa yang disebut dengan scientific
worldview. Periode ketiga adalah lahirnya tradisi keilmuan dalam islam, dimana tradisi keilmuan ini lahir dari konsekuensi logis dari adanya struktur pengetahuan dalam islam.
Dari proses lahirnya pandangan islam yang tergambar dari tiga periode diatas dapat disimpulkan bahwa islam adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong timbulnya ilmu pengetahuan.Ajaran tentang ilmu pengetahuan dalam islam yang cikal bakalnya adalah konsep konsep dasar dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan kedalam berbagai bentuk kehidupan dan akhirnya terakumulasi dalam sebuah bangunan peradaban yang kokoh.Suatu peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang berbasis pada wahyu.
Di dalam sejarah timbulnya tradisi kelimuan dalam islam, juga dikenal adanya medium transformasi dalam bentuk institusi pendidikan yang disebut al-Suffah dan komunitas intelektualnya disebut ashab al suffah .Ashab al suffah ini adalah gambaran terbaik institusionalisasi kegiatan belajar mengajar dalam islam dan merupakan tonggak awal tradisi intelektual dalam islam dimana obyek kajiannya berpusat pada wahyu.Materi kajiannya tidak dapat disamakan dengan materi diskusi spekulatif di Ionia yang menurut orang barat merupakan tonggak lahirnya tradisi keilmuan Yunani, bahkan kebudayaan barat itu sendiri diklaim lahir dari aktivitas ini.Dari komunitas inilah lahir para intelektual islam yang merupakan pakar pakar dalam hadits nabi.
Pengaruh pengembangan ilmu dalam bangunan peradaban islam
Ditilik dari sejarah,menurut al hasan ada empat faktor mengapa peradaban islam berkembang pesat di masa lalu.Faktor faktor itu adalah kekuasaan,ekonomi, stabilitas politik dan sarana pengembangan ilmu.Sesudah Rosululloh SAW wafat, beliu telah meletakan dasar dasar yang merupakan bekal yang sangat berharga bagi generasi penerusya. Salah satunya adalah ashab al suffah yang menjadi cikal bakal tradisi intelektual islam.Jika dianalogikan dengan sebuah kurva, maka sesudah masa Rosululloh SAW maka peradaban islam sedang merangkak naik sehingga pada akhirnya menjadi pusat peradaban dunia.Dimulai dari masa khulafaur rasyidin, dinasti umayah,dinasti abasiyah dan kesultanan turki usmani. Memang didalam perjalananya kita juga mengakui ada masa naik dan turun juga. Tetapi secara umum bisa dikatakan pada saat itu islam benar benar menjadi “pusat perhatian” bagi dunia..
Pandangan hidup yang berasal dari Al quran dan assunnah, benar benar menjadi “modal berharga” yang termanfaatkan dengan baik pula. Mereka merambah komunitas sahabat, thabiin,tabi tahbiin dan ulama ulama pewarisnya yang diikat dalam pandangan hidup, visi misi kegamaan yang sama sehingga menjadi ummat besar yang menyatukan bangsa bangsa di dunia.
Pengembangan ilmu pengetahuan dalam konsepsi islam
Pada dasarnya pengembangan ilmu pengetahuan dalam perpektif islam dipusatkan pada konsepsi tauhid. Manusia sebagai subyek dari ilmu, diharapkan akan semakin bertambah keyakinananya terhadap Allah SWT sehingga hasil akhir dari sebuah pengembangan ilmu pengetahuan dalam pandangan islam,selalu dikembalikan kepada “pusat” pengetahuan itu sendiri yaitu Allah SWT.
Dari QS Al Alaq 1 sebagai prolog dari tulisan ini, terlihat dengan jelas kosepsi yang sudah saya sebutkan diatas. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu”. Mengenai ayat ini Sayyid Qutb dalam tafsirnya yang sangat terkenal Fi Zhilalil Qur’an mengatakan..”kemudian tampaklah sumber pengajaran dan ilmu pengetahuan bahwa sumbernya adalah Allah. Dari Nya lah manusia mengembangkan apa yang telah dan akan diketahuinya. Juga, dari Nyalah manusia mengembangkan apa yang dibukakan untuknya tentang rahasia rahasia semesta, kehidupan, dan dirinya sendiri.Semua itu dari sana,dari sumber satu satunya itu,yang tidak ada sumber lain disana selain Dia “. Manusia yang dilahirkan dari proses ini adalah manusia insan kamil atau manusia yang universal.
Berbeda dengan konsepsi barat ,pengembangan ilmu yang dilakukan seolah olah melepaskan Tuhan. Tuhan seakan akan menjadi penghalang dalam pengembangan ilmu sehingga harus dikucilkan Tuhan tidak mereka ikutsertakan dalam penggalian dan pengembangan ilmu yang mereka lakukan. Mereka meletakan manusia diatas segala galanya. “Manusia adalah ukuran dari segala sesutau,segala sesuatu yang ada adalah ada,dan segla sesutau yang tuidak ada adalah tidak ada,”Maka lahirlah manusia manusia yang sekuler dan materialistik. Tetapi sayangnya di sebagian negara negara yang mayoritas penduduknya muslim, konsepsi pendidikan dalam pandangan barat lah yang sering dipakai, menjadi tugas kita semua untuk bisa mengembalikan proses pengembangan ilmu yang dilakukan adalah sesuai dengan konsepsi islam.
Tahapan pengembangan ilmu untuk membangun kembali peradaban islam di masa sekarang
Dari gambaran sejarah bangun dan jatuhnya peradaban islam. Secara umum ada tiga hal penting yang patut kita catat. Pertama peradaban islam dimulai dari komunitas kecil yang bergiat mempelajari Al Quran dan assunnah. Kedua komunitas yang dipengaruhi oleh pandangan hidup yang bersumber dari Al quran dan assunnah tersebut kemudian semakin berkembang sehingga membentuk institusi yang berbentuk negara, karena universalitas islam maka negara bangsa tadi dilebur menjadi satu dibawah naungan al islam. Ketiga walaupun kekuatan dan orientasi politik ummat islam begitu besar, namun visi misi yang diusung adalah hampir sama yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan..
Jika dimasa lalu peradaban islam dibangun dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang bersumber pada Al quran dan assunnah maka di masa sekarang seperti itu pula kita membangun peradaban islam pada masa sekarang., Namun, di masa kini kondisi politik dan ekonomi ummat islam tidak mendukung pengembangan ilmu pengetahuan islam,”sama persis” seperti masa lalu.. Selain itu masuknya nilai nilai barat seperti demokrasi, sekularlisme, liberalisme, kapitalisme, sosialisme dan lain sebagainya telah memepengaruhi dan bahkan merubah cara berfikir ummat islam, sehingga diperlukan adanya proses yang disebut rekonstruksi prinsip ilmu, dimana proses ini unuk mengembalikan ilmu penegtahuan dalam islam kedalam „khitahnya‟, yaitu bersumber pada Al quran assunnah Untuk bisa semakin „mengislamisasi „ pengetahuan maka diperlukan sebuah sarana untuk bisa semakin menyebarluaskan proses ini. Di masa sekarang institusi pendidikan adalah sarana yang paling tepat untuk bisa melakukan proses ini, terutama melalui universitas. Di dalam islam, universitas berperan dalam pendidikan kearah individu yang memahami kedudukan dirinya baik dalam konteks hubungannya dengan Allah SWT, dengan sesama manusia serta tentang dirinya sendiri.
Khatimah
(yaitu)orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri,duduk atau dalam keadaan berbaring,dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata)’ “Ya Tuhan kami,tidaklah engkau sia sia; Mahasuci Engkau,lindungilah kami dari azab neraka(QS Ali Imran 191)
dikutip dari berbagai sumber
“Ilmu Pengetahuan adalah laksana binatang buruan, dan penulisannya adalah tali pengikat buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruanmu dengan tali yang teguh”. (Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXX, hal.196, Yayasan Lamilojong, Surabaya, 1979)
Apakah pantas bagi seseorang yang bukan merupakan pakar di bidang persoalan sosial dan ekonomi mengemukakan pandangannya berkaitan dengan sosialisme? Karena berbagai alasan, saya yakin hal itu pantas saja dilakukan.
Pertama-tama marilah kita menganalisa pertanyaannya dari sudut pandang ilmu pengetahuan ilmiah. Terlihat memang tidak ada perbedaan metodologi yang esensial antara astronomi dan ekonomi: ilmuwan dari kedua disiplin ilmu itu mencoba untuk menemukan hukum-hukum umum yang dapat diterima sebagai sekelompok alasan yang dapat menjelaskan suatu fenomena dalam rangka untuk menghubungkan fenomena-fenomena tersebut dengan sejelas-jelasnya. Tapi pada kenyataannya beberapa perbedaan metodologi memang ada. Penemuan hukum-hukum umum dalam bidang ekonomi disulitkan oleh keadaan dimana pengamatan gejala-gejala ekonomi sering dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga sangat sukar untuk dievaluasi secara terpisah. Selain itu, pengalaman yang telah terakumulasi sejak awal masa yang dikenal dengan periode „peradaban dari sejarah umat manusia‟ telah banyak dipengaruhi dan dibatasi oleh sebab-sebab yang tidak bertujuan ekonomi semata. Contohnya, sebagian negara-negara besar dalam sejarah menunjukkan eksistensinya dengan menjajah. Para penjajah tersebut mengokohkan dirinya, baik secara hukum dan ekonomi, sebagai kelas yang istimewa pada negara yang dijajahnya. Mereka menetapkan secara sepihak monopoli kepemilikan tanah dan menunjuk seorang pemuka agama dari golongan mereka sendiri. Dalam mengatur pendidikan, pemuka agama telah membuat pembagian kelas dalam masyarakat menjadi institusi permanen, dan menciptakan sebuah sistem nilai yang mana masyarakat mulai –secara tidak sadar dalam banyak hal– diatur tingkah laku sosialnya.
Tetapi apakah dalam sejarah kita benar-benar telah dapat mengatasi apa yang Thorstein Veblen katakan sebagai “fase pemangsa” dalam perkembangan manusia. Fakta ekonomi yang dapat diamati dan juga merupakan bagian dari fase tersebut, bahkan hukum-hukum yang diperoleh dari fase itu tidak dapat diterapkan untuk fase-fase lain. Karena tujuan utama dari sosialisme tepatnya adalah untuk mengatasi dan jauh melampaui “fase pemangsa” dalam perkembangan manusia, ilmu ekonomi dalam perkembangannya kini dapat memberikan sedikit penerangan bagi masyarakat sosialis di masa mendatang.
Kedua, sosialisme diarahkan untuk mencapai etika-sosial (social-ethical) sebagai tujuan akhir. Walau bagaimanapun ilmu pengetahuan tidak dapat membuat tujuan akhir, dan bahkan, hanya dapat digunakan manusia secara bertahap: ilmu pengetahuan, utamanya, dapat memberikan cara bagaimana mencapai tujuan akhir tertentu. Tetapi tujuan akhir itu sendiri berada dalam pikiran seseorang yang memiliki etika idealis tinggi dan –jika tujuan akhir ini belum dikembangkan lebih jauh, akan tetapi penting dan kuat– diadopsi dan dikembangkan oleh banyak manusia yang, setengah sadar, menentukan evolusi masyarakat secara lambat.
Dengan alasan tersebut, kita harus tetap waspada untuk tidak terlalu berharap lebih pada ilmu pengetahuan dan metode ilmiah manakala pertanyaan tersebut berkaitan dengan persoalan manusia: dan kitapun seharusnya tidak menganggap para pakar sebagai satu-satunya yang berhak untuk mengemukakan tentang pertanyaan seputar organisasi sosial dalam masyarakat.
Banyak suara yang menyatakan beberapa saat ini bahwa masyarakat sedang melalui krisis, dimana stabilitasnya secara serius telah terganggu. Ini merupakan karakteristik dari suatu situasi dimana seseorang merasa tidak peduli atau bahkan
menjadi tidak ramah apabila berada di dalam grup, besar atau kecil, dimana mereka bergabung. Dalam rangka untuk menggambarkan maksud saya, maka saya berikan pengalam pribadi saya. Baru-baru ini saya berdiskusi dengan seorang pria yang sangat pandai dan ramah, tentang ancaman adanya perang, yang menurut saya akan sangat membahayakan keberadaan umat manusia, juga saya tegaskan bahwa hanya sebuah organisasi supra-nasional yang dapat memberikan perlindungan dari bahaya tersebut. Kemudian rekan saya itu menjawab dengan santai dan tenang, bahwa: “mengapa kamu begitu menentang pemusnahan umat manusia?” Saya yakin bahwa berabad-abad yang lampau tidak ada seorangpun yang akan membuat pernyataan semacam ini. Ini merupakan pernyataan dari seseorang yang telah berjuang keras namun sia-sia untuk memperoleh keseimbangan dalam dirinya sendiri dan kurang lebih menjadi putus asa. Ini mrupakan ekspresi dari kesendirian yang menyedihkan dan terasing dari masyarakat banyak yang saat ini sedang menderita. Apa sebabnya? Adakah jalan keluarnya?
Memang mudah untuk memunculkan pertanyaan semacam itu, tetapi sulit untuk menjawabnya dengan jaminan apapun. Saya harus mencoba, biar bagaimanapun, semampu saya, walaupun saya sadar akan fakta bahwa perasaan dan kemampuan kita kadangkala bertentang dan tidak mudah dipahami, hal tersebut tidak dapat diungkapkan dengan cara yang singkat dan mudah.
Manusia, pada satu keadaan dan waktu yang sama, adalah seorang mahluk penyendiri dan mahluk sosial. Sebagai mahluk penyendiri ia berusaha untuk melindungi keberadaannya dan yang terpenting untuknya adalah memuaskan keinginan pribadinya, dan untuk mengembangkan bakatnya. Sebagai mahluk sosial, ia berusaha untuk memperoleh pengakuan dan dicintai oleh sesama manusia, untuk membagi kebahagiaan, untuk membuat nyaman mereka di kala sedih, dan untuk meningkatkan taraf hidup. Hanya saja eksistensi dari hal-hal tersebut sangat bergantung, kadang bertentangan, bergantung pada karakter pribadi manusia tersebut dan kombinasi khusus tersebut menentukan sampai sejauh mana seseorang dapat mencapai keseimbangan pribadi dan dapat memberikan sumbangan bagi kehidupan masyarakat. Sangat dimungkinkan bahwa kedua kekuatan ini, terutama digabungkan karena memang melekat padanya. Akan tetapi kepribadian yang pada akhirnya muncul sebagian besar terbentuk: oleh pengaruh lingkungan dimana manusia tersebut mengalaminya sendiri selama proses perkembangannya, oleh struktur masyarakat dimana ia dibesarkan, oleh budaya dari masyarakat, dan oleh penghargaan yang diperolehnya atas tingkah laku tertentunya. Konsepsi abstrak “masyarakat” bagi manusia perseorangan adalah keseluruhan hubungan langsung maupun tidak langsung atas masyarakat yang hidup pada masa yang sama atau pada masa sebelumnya. Individu tertentu dapat berpikir, merasakan, berjuang dan bekerja bagi dirinya sendiri, akan tetapi ia sebenarnya bergantung pula pada masyarakat –baik secara fisik, intelektual, dan emosional– sehingga sangat mustahil memikirkannya atau memahaminya di luar kerangka masyarakat. Adalah masyarakat yang menyediakan manusia dengan makanan, pakaian, rumah, perkakas, bahasa, pola pikir dan hampir sebagian isi dari pemikirannya: hidupnya menjadi nyata setelah bekerja dan berhasil sukses sejak jutaan tahun lampau dan hingga kini dimana semua hal tersebut tersembunyi di balik sebuah kata “masyarakat”.
Daftar pustaka
[Karya-karya Albert Einstein]
http://www.mediakampus.com/2011/03/21/hakikat-ilmu-pengetahuan-menurut-fethullah-gulen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar